Selasa, 29 November 2011

Harga psikologis

Harga psikologis memang tampak menarik untuk dijalankan dalam dunia usaha. Karena bagaimanapun, kesuksesan sebuah usaha juga tergantung pada si konsumen. Antara Jepang dan Indonesia , -maaf saya menggunakan sampel lagi yg satu ini- , keduanya juga menerapkan harga ini. Contohnya di supermarket. Lihat saja harga yg dipajang di sebuah produk , misalnya 299 , 98, dst. Sudah tentu sebagai konsekuensi, penjual seharusnya menyediakan pecahan mata uang untuk keperluan transaksi. Tak ada yang istimewa di Jepang, karena semua berjalan seperti memang seharusnya. Ada pecahan 1 yen, 5 yen dst , yang mereka-orang Jepang- "menghargai" mata uang tesebut senilai dengan 10.000 yen. Sangat menghargai pula pembawa mata uang 1 yen seperti pembawa uang sekoper . Yang menarik, justru di tanah air, Sudah menjadi rahasia umum bahwa uang Rp 25,00 ; Rp 50 dan Rp 100 sudah mengalami "keterpurukan". Adalah saya sewaktu di supermarket yang tak terlalu besar, saya seharusnya menerima kembalian kira-kira Rp 75 an (saya lupa pas nya). Namun kasir hanya memberikan sebuah permen yang saya tahu harganya lebih murah dari uang kembalian saya. Kemudian naik ke lantai 2, belanja lagi. saya iseng menggunakan permen tsb untuk melengkapi jumlah rupiah yang seharusnya saya bayarkann, setelah saya mengamati juga bahwa di kotak simpanan kasir juga ada sejumlah permen yg sama mereknya. Spontan wajah sang kasir menunjukkankaget dan rasa tidak sukanya. Tanpa menunggu kata yang diucapkan kasir, saya tersenyum sambl berkata: "ummmm, ngga boleh ya?" "tapi permen ini saya dapatkan tanpa persetujuan kerelaan dari saya dari kasir bawah" lanjut saya, sambil mengganti permen tsb dengan mata uang. He..he..tes saya berhasil. ternyata..konsumen dirugikan dan dicurangin yak. Padahal mereka pun tak mau menerima permen sebagai alat bayar. Kalau beegitu, jangan pasang harga aneh2...yang memang tak ada mata uang untuk transaksinya. Berikut contoh harga psikologis
sumber : http://rumahkusorgaku.multiply.com/reviews/item/19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar